Sayur hambar tanpa garam, begitulah keluhan para
pasien darah tinggi atau hipertensi saat menjalani diet
rendah garam. Banyak yang taat menjalani diet
tersebut. Tapi, tak sedikit yang
berhenti di tengah jalan dan kembali
ke budaya lama. Budaya doyan asin memang dipercaya sebagai salah satu penyebab
penyakit darah tinggi. Masalah
ini tak
hanya merepotkan Indonesia. Di
Amerika Serikat, satu dari sebelas
orang yang datang ke dokter kedapatan
menderita hipertensi. Ia telah
menjadi penyakit universal yang menyerang
tanpa pandang harta, pangkat, maupun jabatan.
Tubuh manusia sebenarnya hanya butuh kurang dari 5 g garam
dapur per hari. Namun, menu
orang kota rata-rata berisi lebih dari 15 g garam. Kelebihan garam pada orang yang tubuhnya peka garam akan memaksa jantung memompa darah
lebih
deras dari biasanya. Jika tensimeter
menunjuk batas 140/90, biasanya dokter langsung memvonis orang menderita
hipertensi (bukan asal di atas 120/80, seperti dikira banyak orang). Tekanan darah antara
120/80 sampai 140/90
digolongkan
sebagai "normal atas", maksudnya belum perlu berkonsultasi dengan dokter
untuk diberi obat. Namun, tetap harus menjaga diri dari
makanan yang mengandung garam berlebihan.
Tekanan darah sendiri berfluktuasi sesuai
irama mesin tubuh. Makanan dan hormon tubuh menentukan naik turunnya
tekanan darah dari waktu ke waktu. Sehabis menyantap
sate kambing, minum teh poci, saraf simpati tubuh bisa memicu
naiknya tekanan darah, meski hanya sesaat. Memang, sangat sedikit
sekali orang yang mengalami darah
tinggi sadar bahwa dirinya sedang menderita darah tinggi. Tak heran, jika banyak penderita yang mengabaikan penyakitnya.
Karena umumnya penderita darah tinggi tidak ada
keluhan. Walaupun tensinya sudah mencapai 170/100, dia
tetap tidak ada keluhan. Setelah itu, tiba-tiba
saja dia stroke atau terkena serangan
jantung, dan semua orang baru bingung.
Tak
heran pula, bila
darah tinggi ini akan
bisa menjadi "pembunuh" nomor satu
pada tahun
2020 nanti jika kita
tidak menyadari akan
bahayanya. Di banyak negara, persoalan
kardiovaskuler telah menjadi persoalan
yang sangat serius. Darah
tinggi berkait erat dengan
problem gaya hidup dan kebiasaan
hidup. Hipertensi, kebiasaan merokok, jarang melakukan olahraga,
obesitas (kegemukan), dan kolesterol tinggi adalah penyebab penyakit kardiovaskuler.
Penyebab darah tinggi
lainnya
bisa dikarenakan faktor keturunan. Sehingga, suka
asin atau tidak, jika
seseorang punya bakat hipertensi, niscaya terserang juga. Tak heran, bila
sebagian besar penderita hipertensi
turunan ini harus
rajin minum obat seumur hidup. Hipertensi juga
dapat menjadi petanda ketidakberesan
organ tubuh (ginjal, anak ginjal, atau kelenjar
gondok). Begitu organ yang sakit diobati, darah tingginya sembuh sendiri. Di samping itu, para dokter juga setuju menggolongkan
hipertensi sebagai penyakit kultur.
Pada komunitas suku Indian dan
orang kutub yang tak tersentuh McDonaldization, misalnya,
tekanan darah tingginya
normal. Tidak ada pasien darah tinggi sekalipun. Tapi,
persoalannya jadi lain jika mereka pindah ke kota. Pizza, ayam
goreng dan berbagai jenis makanan siap saji bisa
membuat tekanan darah mereka meningkat.
Yang perlu
diketahui adalah, keputusan seseorang menderita penyakit darah tinggi atau tidak, bukan berdasar pada fakta sekali ukur
di tensimeter. Sedikitnya, perlu dilakukan tiga kali pengukuran untuk memastikan tekanan darahnya
benar-benar akurat. Pasalnya, banyak
hal yang bisa membuat tekanan darah
meningkat. Di samping
itu, adalah tindakan bijaksana
untuk tidak segera meminum obat penurun tekanan
darah kendati tekanan darah sedang
naik. Sebaiknya, tunda minum obat walau dokter sudah memberikan resepnya.
Sebab, tekanan darah tinggi palsu atau tidak
akurat yang langsung diminumi
obat justru malah mengundang bahaya. Orang normal yang diberi obat darah
tinggi, bisa langsung
lemas
kondisi tubuhnya. Dampak meminum obat darah tinggi kelewat dini bisa lebih buruk daripada
membiarkannya beberapa hari dulu. Ingat,
stroke dan penyakit jantung koroner bukan cuma datang saat tekanan
darah tinggi, tapi juga ketika tekanan
darah terlalu rendah. Jangan lupa,
obat antihipertensi juga menyimpan
sejumlah efek sampingan. Salah satunya membuat suami impoten
atau istri kehilangan
gairah seksual. Makin kuat
khasiat obat antihipertensi,
makin besar dampak yang
dihasilkannya.
Perkembangan obat-obat darah tinggi
mengalami perkembangan pesat, sehingga
dokter kini harus efektif memilih
obat. Memilih obat yang tepat dan
efektif, sebenarnya tidak sulit karena
prinsip dasar pengobatan
darah tinggi itu nonfarmakologi. Artinya, sebisa
mungkin pasien disembuhkan tanpa
menggunakan obat. Upayakan agar bisa
menurunkan tekanan darah tanpa obat,
ini
prinsip pertama dalam kesehatan masyarakat. Artinya, harus dilakukan usaha-
usaha seperti diet yang baik, garam
dikurangi, kolesterol dan
lemak dikurangi.
Kemudian dengan melakukan
olahraga itu akan bagus
karena olahraga memperbaiki endotel,
dinding
paling dalam dari pembuluh darah. Olahraga sebagai
salah satu langkah
nonfarmakologi di dalam penanganan pasien-pasien darah tinggi itu ternyata efeknya positif. Jika tekanan darah masih tinggi baru
dipikirkan obat-obat yang telah
beredar. Obat-obatan ini banyak pilihannya. Tentu saja pemilihan
obatnya harus disesuaikan
dengan karakter si penderita. Misalnya, bagaimana
jika dia mempunyai kolesterol bagaimana atau diabetes.
Di satu sisi, dokter
pun harus bisa memilihkan obat
yang tepat untuk pasiennya.
Kalau
seorang dokter memilihkan
obat yang mahal dan ternyata tidak terjangkau
oleh pasiennya, maka itu tidak ada artinya bagi si pasien,
apalagi pengobatan darah tinggi
itu
seumur hidup. Mesti
ada skala pilihan. Tetapi,
yang terpenting adalah dokter harus punya tanggung jawab dan kompetensi untuk memberikan yang terbaik
pada pasiennya. Tekanan darah melonjak satu-dua hari adalah lumrah buat orang modern. Setelah tidur sejenak,
tekanan darah biasanya turun lagi.
Tubuh punya mekanisme sendiri untuk mengembalikan tekanan
darah yang berfluktuasi melebihi normal. Namun, kalau
masih
ingin melihat
lebih
detil
lagi,
dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk melihat kadar gula darah, fungsi ginjal,
profil lemak, serta tes jantung.
(to/snr)
Posting Komentar