Seorang
teman dengan penuh rasa sedih bercerita tentang pengalaman hidupnya yang
membuatnya sakit. Setelah diam penuh keraguan, akhirnya ia mampu membuka mulut
menuturkan kisahnya; “Seorang teman yang saya kagumi secara tiba-tiba tanpa
alasan yang saya ketahui kini berubah sikap. Dulu kami biasa bersama-sama,
bermain bersama, daki bukit bersama, atau makan bersama. Saya berusaha
mengingat lagi semua percakapan kami di saat-saat yang telah lewat, berusaha
demi langit dan bumi mencari alasan yang membuat persahabatan kami menjadi
sekian renggang pada akhir-akhir ini. Aku berusaha menemukan dan menghilangkan
batu sandungan yang ada di antara kami. Namun semakin aku berusaha semakin pikiranku
menjadi gelap. Indahnya persahabatan yang telah dibangun kini berada di pinggir
jurang terjal. Temanku seakan telah mengepak sisa-sisa persabatan kami dan kini
disimpannya secara rapi di dalam sebuah kotak yang tak akan pernah dibuka lagi.
Berhadapan dengan kenyataan ini, ada jutaan kata dan rasa di dada ini yang tak
dapat aku ucapkan. Setiap kali ketika aku membongkar lagi kenangan masa silam,
ketika aku melihat lagi foto-foto kenangan yang penuh tawa dan ria, bathinku
serasa semapin pedih. Namun temanku tetap saja bersikap dingin, dingin dan
dingin...lebih dingin dari pada es batu di musim winter. Secara perlahan akupun
berubah dingin saat bertemu dengannya. Waktu terus berlalu. Ketika aku menoleh
lagi memperhatikan tapak yang pernah kami tinggalkan bersama, aku menemukan
bahwa di bathinku masih ada kerinduan. Aku melihat sepasang tangan yang pernah
terulur memberikan bantuan ketika aku terjatuh. Aku mendengar kata-katanya yang
meneguhkan dan menguatkan ketika semangatku berubah layu. Aku melihat senyumannya
seakan memberikan dukungan. Ah ada kehangatan... walau itu sudah berlalu. Aku
berkata pada diriku, walau ia kini tidak lagi seperti dulu, namun aku masih
bisa menyimpan kenangan akan dirinya di salah satu sudut bathin ini. Mungkin
ketika bertemu dengannya nanti ia akan tetap bersikap dingin. Namun itu adalah
pilihannya. Aku akan memilih untuk memberikan seulas senyum bila aku masih
diberi kesempatan bertemu dengannya nanti. Yah... bagaikan menghadiri sebuah
pesta. Pesta kini telah berakhir, namun itu tak berarti bahwa kegembiraan dan
tawa ria kini telah ditutup. Kita masih bisa mengenang kembali kegembiraan
pesta tersebut. Kita tentu harus berpisah setelah pesta berakhir. Namun pada
saat seperti ini selayaknya kita melantunkan harapan bahwa mereka akan dengan
selamat tiba di tujuan akhir dari perjalanan masing-masing.” Temanku selesai
berkisah, dan aku masih di sampingnya mendengarkan ungkapan hatinya. Dalam
hatiku terdengar litani kasih bergaung merdu, kasih sebagaimana ditinggalkan
Paulus dalam suratnya: “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati..., Ia tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”(1 Kor 13: 4-5). Yah...kasih
itu juga memaafkan. Dan temanku yang kini duduk di sampingku telah mampu
melakukannya. Tarsis Sigho - Taipei tarsis@catholic.org
20.37
Air Mendidih
Seorang
anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup
ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan
hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu
masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke
dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di
panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur
di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya
mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar,
memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah
mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat
telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk
lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?"
"Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat
dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel
itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya.
Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika
mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya,
"Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah
menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan
reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan.
Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah
pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah
direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.
Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu
termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu,
bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi
dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan
kehilangan kekuatanmu. Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati
lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati,
perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama,
tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang
menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100
derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.
Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan
menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.
20.14
Harga HP Blacberry terbaru
Harga awal lebih terjangkau.
RIM mematok harga relatif terjangkau untuk Davis, dibawah 2 juta rupiah. Menurut Product Manager RIM Indonesia Ardo Fardhola, ini adalah harga awal termurah untuk perangkat BlackBerry. Soal harga dirasa efektif untuk membujuk masyarakat yang sebelumnya menggunakan feature phone agar beralih ke smartphone. Adanya tombol BlackBerry Messenger khusus.
Terdapat BBM key di sisi kiri Curve 9220 yang langsung membawa pengguna ke layanan BlackBerry Messenger (BBM) dengan sekali pencet. Terdapat fitur Radio FM.
"BBM key dan radio FM merupakan fitur yang baru digunakan RIM, dan pertama kali ada di BlackBerry Curve 9220," jelas Ardo. BlackBerry OS 7.1
BlackBerry Davis menggunakan sistem operasi terkini BlackBerry OS 7,1. Jika smartphone BlackBerry lain ingin menggunakan sistem operasi tersebut, maka harus melakukan upgrade. Kapasitas baterai yang lebih besar.
Davis memiliki daya tahan baterai paling tinggi dibandingkan keluarga Curve yang lain. Kapasitasnya 1.450 mAh, sedangkan Curve sebelumnya 1.150 mAh. RIM mengklaim, baterai Davis bisa bertahan hingga 28 jam untuk memutar musik dan 7 jam untuk bicara. Memori.
Memori internal yang lebih besar sebesar 512 MB, di Gemini hanya 128 MB. Meski hanya mengusung teknologi 2G, RIM tetap percaya diri menjual BlackBerry Davis. Sebab, menurut penelitian yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia, ponsel ini sudah cukup mengakomodasi kebutuhan anak muda Indonesia yang lebih banyak mengakses jejaring sosial dan BBM.
11.35
Batu Kecil & Mutiara
Pada
suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan
dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang
berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang
menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.
Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan
kemudian pedagang itu meneruskan perjalanan nya. Setelah lama berjalan,
lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia
beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu.
Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan
hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang
terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia
meneruskan perjalanannya. Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada
yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu
adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang
tersebut,mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda
dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya,
dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu
kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku,setiap hari aku
digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa
kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan
kepadaku seorang teman". Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini
didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada
batu kecil itu "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku
akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta". Setelah itu
kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di
pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat
dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang
indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan
miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara
pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu
menggosok kembali batu dan mutiara itu.Namun pada suatu ketika, setelah selesai
menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan
mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan
batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil
itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu
tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah
keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu "Oh tuanku,
mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?" Rupanya
keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir
jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau
mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil
mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya
setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang
semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama
berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah
menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku
tidak akan pernah membuangmu kembali". Mengertikah apakah maksud cerita di
atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan
pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya,
namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di
hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi
kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa
apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan,
kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah
bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap
bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah
semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau?
Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita
semua. Yer 29:11-12 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ?
Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan
kepadamu hari esok yang penuh harapan. Maka kamu akan berseru dan datang
kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.
11.34
Batu Kecil & Mutiara
Pada
suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan
dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang
berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang
menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.
Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan
kemudian pedagang itu meneruskan perjalanan nya. Setelah lama berjalan,
lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia
beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu.
Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan
hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang
terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia
meneruskan perjalanannya. Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada
yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu
adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang
tersebut,mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda
dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya,
dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu
kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku,setiap hari aku
digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa
kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan
kepadaku seorang teman". Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini
didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada
batu kecil itu "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku
akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta". Setelah itu
kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di
pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat
dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang
indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan
miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara
pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu
menggosok kembali batu dan mutiara itu.Namun pada suatu ketika, setelah selesai
menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan
mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan
batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil
itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu
tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah
keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu "Oh tuanku,
mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?" Rupanya
keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir
jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau
mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil
mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya
setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang
semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama
berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah
menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku
tidak akan pernah membuangmu kembali". Mengertikah apakah maksud cerita di
atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan
pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya,
namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di
hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi
kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa
apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan,
kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah
bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap
bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah
semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau?
Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita
semua. Yer 29:11-12 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ?
Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan
kepadamu hari esok yang penuh harapan. Maka kamu akan berseru dan datang
kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.
11.34
Batu Kecil & Mutiara
Pada
suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan
dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang
berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang
menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.
Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan
kemudian pedagang itu meneruskan perjalanan nya. Setelah lama berjalan,
lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia
beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu.
Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan
hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang
terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia
meneruskan perjalanannya. Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada
yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu
adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang
tersebut,mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda
dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya,
dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu
kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku,setiap hari aku
digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa
kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan
kepadaku seorang teman". Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini
didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada
batu kecil itu "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku
akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta". Setelah itu
kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di
pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat
dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang
indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan
miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara
pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu
menggosok kembali batu dan mutiara itu.Namun pada suatu ketika, setelah selesai
menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan
mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan
batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil
itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu
tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah
keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu "Oh tuanku,
mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?" Rupanya
keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir
jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau
mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil
mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya
setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang
semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama
berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah
menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku
tidak akan pernah membuangmu kembali". Mengertikah apakah maksud cerita di
atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan
pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya,
namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di
hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi
kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa
apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan,
kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah
bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap
bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah
semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau?
Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita
semua. Yer 29:11-12 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ?
Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan
kepadamu hari esok yang penuh harapan. Maka kamu akan berseru dan datang
kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.
11.32
Batu Kecil & Mutiara
Pada
suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan
dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang
berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang
menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual.
Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan
kemudian pedagang itu meneruskan perjalanan nya. Setelah lama berjalan,
lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia
beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu.
Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan
hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang
terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia
meneruskan perjalanannya. Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada
yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu
adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang
tersebut,mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda
dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.
Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya,
dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu
kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku,setiap hari aku
digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa
kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan
kepadaku seorang teman". Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini
didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada
batu kecil itu "Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku
akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta". Setelah itu
kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di
pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada. Dapat
dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang
indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan
miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara
pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu
menggosok kembali batu dan mutiara itu.Namun pada suatu ketika, setelah selesai
menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan
mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan
batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil
itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar
mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu
tidak mendengarkan dia. Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah
keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu "Oh tuanku,
mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?" Rupanya
keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir
jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau
mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil
mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya
setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang
semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama
berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah
menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku
tidak akan pernah membuangmu kembali". Mengertikah apakah maksud cerita di
atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan
pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya,
namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di
hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi
kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa
apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan,
kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah
bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap
bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah
semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau?
Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita
semua. Yer 29:11-12 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ?
Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecelakaan untuk memberikan
kepadamu hari esok yang penuh harapan. Maka kamu akan berseru dan datang
kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.